Menahan Rasa Hingga Waktunya Tiba

Banyak orang yang akhirnya melewati batas hanya karena satu hal: khawatir, karena orang yang ingin dia miliki akan pergi meninggalkannya. Jadilah bentuk perhatian menjadi over hingga menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan destruktif. Setidaknya bagi saya...

Meskipun tidak semua orang merasa terdestruksi dengan cara-cara yang berlebihan itu, namun ini juga masalah idealisme, prinsip dan konsistensi. Ya, telah diputuskan bahwa saya menyerahkannya semua kepada kehendak-Nya. Ingin memang rasanya, menahanmu untuk tidak pergi, untuk tidak jatuh pada pangkuan orang lain. Namun, jika sekarang bukanlah waktu yang tepat, seperti yang kita inginkan bersama, dan kamu pada akirnya telah pergi dengan orang lain, maka itulah takdirnya. Bukannya kita sudah berusaha? dan kita telah meletakkan usaha kita pada titik tertinggi yang kita mampu. Maka, hanya Allah-lah yang bisa memberikan jawaban finalnya.

Aku bukanlah orang yang sempurna buatmu, dan kamu pun bukan yang sempurna untuk ku. Namun, perasaan yang membuncah-buncah ini memang tidak ada menghitung soal ketidaksempuranaannya kita. Tapi, setidaknya pengetahuan atas ketidaksempuranaan ini memberikan kita sedikit akal sehat, bahwa tanpaku, duniamu tidak pernah kiamat. Masih banyak orang lain yang memang lebih baik dan bisa memberikan kesempurnaan kepada mu. Jika memang itu jalanmu, ambilah. Karena mungkin itu memang takdirNya. Sembari belajar melupakan masa lalu perlahan-lahan, bukannya kita sudah berlatih untuk itu?

Atau, mari kita sama-sama menunggu kehedaknNya, menahan rasa ini hingga memang waktunya telah tiba, dengan selalu berdiri pada garis komitmen kita atas keataatan kepadaNya.