ISIS dan Bom Turki

Nampaknya ini sudah tidak bisa lagi saya pura-pura tidak bersuara atau menuliskan kegelisahan soal ISIS ini. Kali ini ada lagi, serangan kembali hadir di Negara Turki.

Saya tidak bisa panjang lebar membahas hal ini karena pasti akan sangat panjaaaaang dan lebaaarrr. Saya bukan orang yang sekenanya mengikuti perkembangan perang di Syiria-Irak dan segala bentuk konfrontasi antara pihak-pihak aliansi Eropa, US, Rusia, Kurdi, Syria, FSA, Turki, Irak, Iran, Islamic Front, jabhat al Nusra, dan tentu saja ISIS.

Ini adalah salah satu konflik terkompleks selama yang saya tahu. Untuk menyimpulkan kalimat itu, saya membaca hampir semua pemberitaan tentang perkembangan perang ini, video-video di Youtube tentang ISIS (baik yang pro, kontra, bahkan netral), bahkan saya juga terus mengikuti bacaa-bacaan berbau "hoax" ala-ala blog anonim yang memposting berita-berita pro ISIS. Ini agar menjaga saya untuk keseimbangan persepsi dalam sebuah isu.

Intinya, dengan permusuhan antara negara-negara kawasan timur tengah, hubungan AS dan China yang gak jelas harus mihak siapa. Hadirnya Iran yang punya kepentingan sendiri, permusuhan abadi sunni-syah yang bakal selesai sampai kiamat, ditambahkan eksistensi bangsa Kurdi yang begerak dengan perjuangannya sendiri, maka konflik ISIS ini tidak akan bisa selesai dengan mudah.

Tidak, tidak akan pernah urusan ini "semudah" US meng-invasi Irak pada tahun 2003 silam. Mungkin kesulitan melawan ISIS hampir-hampir sama dengan pertempuran di perang Vietnam pada era 70-an, bahkan lebih. Karena buktinya, jika memang klaim ISIS benar bahwa serangan-serangan di Perancis, US, Turki, bahkan Indonesia adalah ulah mereka, perang ini akan lebih komplek dan berbahaya bagi siapa saja.

Salah satu sumber paling otentik dan langsung ke lapangan adalah kunjungan seorang jurnalis dari German, Jurgen Todenhofer yang selama ini saya pikir argumennya paling logis, berimbang, valid (karena langsung datang ke sana) dan lebih solutif. Namun, Todenhofer, tidak memberikan solusi "Hudabiyah", tapi lebih memberikan solusi bahwa Islam Sunni Moderat lah yang bisa "melunakan" gerakan ISIS ini.


Jurgen Todenhofer, mengatakan bahwa, ISIS jauh lebih kuat dari Al-Qaida dan dia juga tidak bisa menangkap dari mana semangat perjuangan ISIS ini datang. Ini terlalu besar dan terlalu mengherankan. Jurgen, mengatakan "400 pejuang melawan 25.000 tentara Irak dan milisi..mereka sangat kuat".

Apa validasi dari argumen ini? Kunjungan Todenhofer sudah terjadi 2014 dan sekarang sudah tahun 2016, hingga hari ini ISIS masih eksis. Direbutnya Tirkit oleh Pemerintah Irak pada tahun 2015, malah diganti dengan kehilangan Kota Ramadi yang beberapa waktu kemudian dicaplok ISIS. Saat ini, Irak memang sudah kembali merebut Ramadi dan bahkan saat ini ISIS sedang gencar diserang pada wilayah Fallujah oleh Irak dan dari sisi barat kekuasaan ISIS, Syiria mengintensifkan serangan ke Mosul. Namun CNN sendiri akhirnya merilis  ISIS Masih Tidak Terkalahkan di Suriah, Irak dan Libya. Lalu, munculah bom di Turki! Entahlah, apakah ini bentuk serangan balik mereka (ISIS). Tapi yang jelas satu hal, seolah-olah, ISIS selalu punya "kartu" untuk memainkan semua strategi yang dijalankan oleh negara-negara kawasan dan aliansi (yang sejatinya tidak ber-aliansi). Lalu, jika begini terus, hingga kapan perang ini berakhir. Hingga kapan akhirnya, saya haru tergores-gores dalam hati melihat semua konflik ini (aseeekk saya sok Baper!).

Ohya, ini ada video menarik...


Pada sebuah diskusi di grup WA teman-teman saya, saya sampai-sampai berkesimpulan bahwa, ISIS sudah terlalu kuat. Hingga solusi yang cukup anti-mainstream saya munculkan: perjanjian damai dengan ISIS, akui wilayahnya, beri waktu hingga mungkin minimal 10 tahun tanpa tembak-tembakan. Mudahnya, "perjanjian-hudaibiyahkan" ISIS. Berikan mereka dalil bahwa perjanjian damai dalam perang adalah hal yang terdapat dalam sejarah dan sunnah-strategi Nabi.

Tujuan ada dua bagi saya: meluanakkan pola pikir para anggota ISIS dengan pemikiran yang lebih moderat dari pihak-pihak moderat dan menjamin anak-anak di wilayah Syam ini bisa tumbuh besar dengan aman dan sehat. Tentu saja, setidaknya bunyi sejanta bisa diam, anak-anak bisa sekolah, ngaji quran, membahas hadist dan memikirkan soal ilmu pengetahuan yang berguna bagi peradaban manusia. Di sisi lain, non-muslim bisa hidup seperti halnya agama-agam minoritas di negara Mayoritas muslim lainnya seperti Indonesia. Mungin ada satu waktu saya harus menuliskan ini dalam tulisan yang lebih formal dan saintifik.

Perang selalu dimenangkan oleh mereka - pemimpin dan atau jendral-jendral besar - yang lebih dahulu memenangi pikiran dan mindset pengikut dan lawan mereka. Tembak-tembakan hanya masalah teknis dan momentum di lapangan. Melihat segalanya lebih cerah adalah kunci perdamaian hingga dapat mencapai era keadilan dan kesejahteraan yang panjang. Itu semua butuh waktu yang panjang dalam sebuah ketenangan.





0 komentar:

Posting Komentar