Rindu...

Akhirnya Cuti...

Ya, akhirnya saya cuti untuk dua hal 1) tes sertifikat bahasa inggirs (lagi, :P) dan 2) ada hari kejepit di jumat, maka cuti ini bisa optimal.

Belajar apa yang harus dipelajari, akhirnya berujung pada kebosanan. Entah apa, ada yang kurang dan tidak semangat. Lemah sekali saya, mental yang bobrok dan tidak disiplin. Menyia-nyiakan waktu cuti untuk hal yang seharusnya tidak dilakukan. Harusnya belajar dan terus berlatih soal-soal dengan memperbanyak pengetahuan kata-kata. Tapi Bagaimana lagi?

Mungkin aku sedang Rindu...

Rindu akan sebuah keadaan yang penuh dengan api persahabatan, getaran-getaran cinta (aseekk), dan dunia pencerahan. Rindu akan sebuah tempat, atau mungkin, rindu pada sebuah mahluk (ciptaan Tuhan), atau bahkan rindu ingin pulang ke tempat asal ku berada, bukan di dunia ini, tapi di sana, di alam keabadian.

Sayangnya, bukan rindu kalau tanpa sebuah halangan. Tanpa sebuah ujian. Tanpa banyaknya kewajiban. Kalau pun "rindu" mudah dihampiri, maka ia bukanlah bernama "rindu". Rindu ada karena halangan di mana jarak dan waktu adalah bahan untuk mencuatkan Rindu itu sendiri. Namun, rindu pastilah soal keinginan untuk dekat pada Cinta dan Kesenangan. Karena cinta dan kesenangan adalah rumahnya siapa saja. Rumah adalah sebuah tempat yang memberikan getaran cinta itu, fenomena kesenangan dan kebahagiaan. Lalu, jika ingin semua itu abadi, maka ia hanya ada di dalam keabadian. Dunia hanya sepercik saja.

Alam keabadian pun tidak semudah itu aku hampiri. Entah, terkadang pun kita lupa akan kerinduan itu. Terpalingkan oleh kesenangan dan 'cinta-cinta' yang ternyata semu. Sebuah obat penawar agar sakitnya Rindu tidak terlalu terasa adalah dengan menciptakan 'cinta' dan 'kesenangan' semu itu sendiri. Mungkin saja bisa sampai lupa atau hati sudah kebal akan perasaan Rindu yang sejatinya.

Satu-satunya perlakukan atas Rindu adalah: Dengan merasakan perihnya, sakitnya, tergoresnya rasa karena Rindu itu sediri. Ya, Rindu adalah sebuah nelangsa, jika tidak, bukan Rindu namanya. Namun seperti kesenangan atas terangya Fajar ketika terbit di ufuk Timur, kita harus melalui malam yang gelap.

1 komentar: