Terjebak dan Berputar-Putar
Sudah lama tidak menulis blog ini...
Entahlah, sudah hampir sekian lama ingin menulis tentang sesuatu yang dikarenakan temanya semacam "keputusasaan", "kepasrahan", "kevakuman", "keberdiaman", "ketidak-move-on-nan", atau sejenisnya, saya urung untuk menuliskan segala sesuatunya. Apalagi temanya memang soal yang cengeng-cengeng, soal perasaan, soal apa yang orang sebut dengan cinta. Tapi tentu saja bukan cinta yang buru-buru didefinisikan mulia dan abadi.
Apalagi, dengan tulis-menulis yang semacam ucapan, bisa jadi ini adalah sebuah kepastian akan masa depan. Entahlah...saya enggan menuliskannya. Namun, ketika ingin menulis sesuatu, yang terbayangkan adalah tema-tema pesimistis ini lagi, lalu saya berhenti dan mencari ruang dan waktu, dan ketika kembali lagi, muncul lagi suasana ini. Maka, tidak ada jalan lain kecuali dengan benar-benar menuliskannya dalam untaian kata dan kalimat.
Ceritanya adalah bagaimana sulitnya saya bisa menyukai seseorang dalam artian lawan jenis yang tentu saja dalam rangka dijadikan pasangan hidup, dikarenakan, masih adanya seseorang yang saya sukai, walau dalam sebuah itensitas dan kehebohan yang sama sekali tidak luar biasa, namun tetap ada dan menggenggam arah gerak perasaan.Ya, sebuah perasaan yang setelah dihitung-hitung, sudah cukup lama juga.
Lalu, setelah saya analisis, faktor keberlangsungan perasaan ini adalah karena adanya space dan itensistas waktu interkasi yang walau jarang tapi tetap ada. Orang bijak mengatakan, waktu dan ruang akan mengobati segalanya. Seseorang yang sudah hampir pasti tidak menerima perasaan ini, hanya bisa dipudarkan dengan membuat variabel waktu dan ruang yang semakin lebar.
Ya, sedari awal, ketika tahu bahwa saya bukan orang yang ia pilih, saya sudah mencoba membuat jarak-jarak waktu dan ruang itu. Hingga detik ini, ada saja yang membuat jarak itu tidak bersegera membesar. Di sisi lain, tidak elok pula jika saya seperti anak kecil yang tiba-tiba menghilang dan memutuskan segala ikatan yang paling sederhana seperti teman, persahabatan ataupun persaudaraan hanya karena sebuah masalah yang muncul murni dari dalam diri saya sendir. Ya! Masalahnya adalah di saya, bukan di siapa-siapa.
Akhirnya, dengan segala upaya dan daya, strategi dan rencana, saya berada pada sebuah posisi yang pasif dalam artian tidak progresif lagi dalam membuat time-space itu. Mungkin ini sudah jalan saya untuk terus belajar dalam sebuah lingkaran perasaan yang tidak hilang-hilang, berputar-putar dan memusingkan kepala saya.
Sisi terangnya, bisa saja monster perasaan inilah yang mungkin akan tetap menolongku untuk tetap fokus berusaha sekeras mungkin menembus batas-batas kemampuan dan kebertahuan yang selama ini sudah saya miliki dan sedang saya pelajari....
Tagged:
0 komentar:
Posting Komentar