Tidak ada yang salah dengan "kita", tidak ada yang "jelek" tentang semua. Semua yang dulu kita lalui menjadi sebuah pelajaran penting. Terkadang kita salah dan khilaf, tapi kita sudah berusaha untuk keluar darinya. Dahulu kita salah langkah, lalu kita mundur untuk kembali ke percabangan jalan untuk beralih ke belokan lainnya.
Pada saat itu pula mungkin kita sadar bahwa sudah tidak ada lagi kata "kita", hanya ada "aku dan kamu". Ya, "aku" yang mengambil jalan ini, dan "kamu" di jalan lainnya, karena ternyata ini jalan yang benar bagi masing-masing "kita", lalu seolah "kita" tidak ada lagi. Namun, jauh sebelum ada "kita" sudah ada "aku dan kamu" yang dahulu sekali, ya! dahulu sekali.... Riang gembira seperti biasa. Tidak ada apa-apa. Bertemu muka, sambil bercanda. Perhatian yang biasa dan sebatasnya saja.
Hei? Kenapa kita tidak seperti itu saja. "Aku dan Kamu" yang bahagia. "Aku dan Kamu" yang sama memikirkan nasib bangsa. "Aku dan Kamu" yang beridealita. "Aku" dan "Kamu" yang berjuang, dengan pardigma yang berbeda, namun objek yang sama. Iya, dahulu sekali, ingatlah dahulu sekali, di mana kita sama bergembira.
Angkat-angkatlah itu lagi dalam sebuah cerita, yang diukir untuk kisah di esok hari. Karena memang sejak dahulu, takdir menulis bukan kata "kita". Tapi, "aku dan kamu".
yang bercanda-canda...
yang beridealita...
yang bergembira...
yang berteriak lantang
yang ber-"aku" dan "kamu"
yang tidak ber-"kita"
The Greatest "Romance Story-History"
Tagged:
0 komentar:
Posting Komentar