Idealisme Menikah...

Saya masih ingat sekali, sebelum datang ke Jogja pada tahun 2005, saya yang tidak pernah menyangka akan pergi ke Jogja untuk kuliah, diperlihatkan teman saya sebuah novel yang saat itu ber-genre relatif baru, novel itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ayat-Ayat Cinta.

Nah, sehari setelah dia memperlihatkan novel itu, ada pengumuman SPMB dan saya lulus masuk UGM, jadilah saya dari Balikpapan terbang ke Jogja sendirian dan baru pertama kalinya. Sampai di Jogja, berbekal kerabat dan jaringan, saya akhirnya bisa mendapatkan tempat huni yang cukup layak. Di sana ada mas Sugi yang mengantar aku ke mana-mana, termasuk salah satunya mengajak jalan-jalan ke Gramedia.

Saya suka buku dan toko buku. Kalau ke sana seperti refreshing. Akhirnya saya teringat novel teman saya yang tidak jadi dipinjamkan kepada saya beberapa hari sebelumnya. Di Gramedia, saat itu AAC tersisa 3 buah (saat itu AAC belum meledak). Saya akhirnya memutuskan membelinya dengan tujuan mengisi waktu-waktu ospek ku yang pasti akan melelahkan.

Intinya, saya ter-doktrin: menikah mudah. Hahaha, saya pasang target maksimal semester 5! Diskusi "nikah muda" pun kerap terjadi dengan beberapa teman di bawah pohon rindang kampus. Tapi, qodar berkata lain, semester 5 pun aku tidak menikah.

Sekarang ketika umur 25, biasanya orang-orang lain sudah gencar dengan calonnya masing-masing. Aku? Hehe, terkadang ingin seperti orang-orang yang agresif, mencari ke sana ke mari, tapi aku ternyata tidak bisa seperti itu. Pertama, hubungan bagi saya harus mengandung chemistry yang dalam dan bagi saya adalah sangat sulit melompat dari satu chemistry ke 'chemistry' yang lain, ini sudah karakter bawaan. Maka tidak heran kalau saya masih terlihat 'jomblo'.

Tiba-tiba beberapa hari ini saya teringat kembali ke AAC, teringat kembali inspirasi idealisme saya dahulu, ya...saya punya idealisme, meski pun pernah juga sedikit tergelincir, saya memang ingin seperti Fahri, di mana setiap orang yang memperbaiki dirinya sendiri pasti akan dipertemukan dari arah yang tidak diduga-duga oleh seseorang yang pantas di mata-Nya.

Teringat ide di blog friendster saya yang sudah musnah dahulu, yang intinya bergagasan bahwa akan ada waktunya bagi saya untuk datang kepada seseorang, bertemu dengan orang tua dari orang yang saya sukai, dan melamarnya (atau mungkin sebaliknya). Sebuah proses yang mungkin hanya beberapa jam, tidak kurang tidak lebih namun merupakan proses yang idealistis dan konsisten.

Bedanya sekarang adalah, kalau dulu saya menulis di blog itu, waktu yang dibayangkan masih beberapa tahun lagi, mungkin di umur 25 ini, momen itu akan datang tidak lama lagi.

0 komentar:

Posting Komentar