Apa yang terjadi selama setahun ini? Nggak kerasa udah lama nggak ngeblog.

Nampaknya, bekerja di sebuah kantor atau instansi akan banyak menyita waktu. Sudah setahun saya tidak memposting blog. Apa yang terjadi selama setahun ini?

1) Seperti pada posting sebelumnya, saya bekerja di sebuah start-up dan dilanjukan membantu salah satu mantan bos saya di kampus yang sekarang menjadi pejabat di sebuah Kementerian.

2) Selama setahun ini, di tengah-tengahnya tanpa sengaja saya berjibaku lagi soal urusan asmara. Hmmm, kesimpulannya: Sebanyak apa pun teori yang kamu baca di buku soal asmara, urusan asmara itu harus dijalani, dihadapi dan dirasakan. Karena pada kenyataanya di lapangan akan bisa berbeda. Buku dan teori, itu menggunakan akal dan pikiran dan di lapangan emosi dan perasaan akan menjadi pendamping hidup

Uniknya, Lagu Letto selalu bisa membantu saya menyelami makna kehidupan. Hahaha... misal kalau lagi nge-drop dan berkurang semangat dengan hati ada lagu, Sampai Nanti sampai Mati



Kalau lagi pengen-pengen sok religius, pengen tobat, dan kayak sudah kebanyakan keduniawian lagu yang pas ada aja...Sandaran Hati.. Jangan lihat video-klipnya kalau lagu ini sebenarnya soal seorang Insan dan Tuhan. Letto, tanpa harus menggunakan video-klip religus, lirik-liriknya mengantarkan kita pada kesadaran soal konsep kehidupan.



Nah, bicara Asmara... sebenarnya juga ada lagu yang pas. Bahkan dengan kasus yang saya hadapi akhir-akhir ini,


Kalau lagu di atas, itu semacam mengajarkan aku agar berusaha selalu cool dalam urusan asmara. Karena cinta sejati itu tidak pernah ada di dunia. Hmmm, ini pesan dari lagu ini sudah lama ketahui. Tapi ya baru kali ini, bisa ngeh secara riil lagu ini. Jadi ngeras, oooo begini ya rasanya.

Wah banyak yang pas lah dari lagu-lagu Letto.

3) Uniknya, saya selalu mengaggumi kekuatan lirik band Letto dengan Sabrang yang banyak sebagai penciptanya. Selalu saja pas sama pola pikir. Uniknya, tahun ini akhirnya saya bertemu langsung dengan orangnya. Si mas Sabrang. Hahahaha. Yah, walau udah gak se-artis masa-masa kuliah. Saya bertemu Sabrang karena ada semacam projek untuk membuat start-up, saya berkonsultasi dengan dia, melalui teman saya yang selama ini sudah dekat dengan dia sejak lama. Persepsiku selama ini dengan ngobrol langsung dan melalui lirik-liriknya, sangat sama, tidak jauh meleset. Mulai dari, kocak-kocaknya, cara dia pola berpikir dia tentang kehidupan dan tentu saja soal kemanusiaan dan Indonesia.

4) Tahun ini, harusnya saya sekolah ke Australia. Urusan visa menghambat saya. Seharunya saya sedih sekali. Tapi untung ada urusan lain yang jauh lebih sedih dari urusan sekolah ini. Jadi, kekeceawaannya ketutup. Hehehehe. Ada saja hikmah dari setiap musibah.

Well, happy blogging..
Sudah sebulan sejak posting terakhir, di pengunjung Juli 2016, waktu (seperti biasa) berlalu begitu cepat.

Apa yang terjadi bulan ini... hmmm sebenarnya cukup banyak:

1. Mudik lebaran, yaaa... lebaran kali ini, saya menghabiskan banyak waktu saja di rumah. Jarang keluar. Karena, setahun sekali pulang ke rumah, "kenapa harus banyak keluar?"

2. Bekerja lagi, bulan Juli ini, saya mencoba bekerja secara resmi di sebuah start-up bernama eFishery sebagai Business Development Analyst. Mungkin hanya beberapa bulan, sebelum target sekolah saya tahun ini.

3. Orang "baru" dari masa lalu. Ada dua orang dari masa lalu, yang berteman sejak lama di dunia maya, akhirnya muncul dan eksis di dunia nyata di hadapan saya. Pertama, mbak Olivia Kamal, yang pada tahun 2011 kami menjalankan hobi menulis kami melalui blog Ekonom Gila. Kedua, Hani Rosidiani, seorang hmmm what would I could her...young entrepreneur girl. Seseorang yang sejak lama saya kenal (secara maya) yang postingannya, not-often but constantly, muncul di timeline Facebook dan seringkali menarik perhatian. Uniknya, bahkan saya sudah lupa bagaimana bisa kita berteman di Facebook dan Twitter dengan dia sejak 2010. Ya, 6 tahun! Wow 2010! bahkan saya baru punya facebook di pertengahan tahun 2009, jadi sejatinya Hani termasuk pertemanan awal-awal dalam sejarah Facebook saya.

Mbak Olivia kebetulan ada acara di Jakarta, dan ingin bertemu dengan para "Pendiri" Ekonom Gila, hahaha setelah lima tahun hanya berbicara via online, akhirnya kita bertemu. Sedangkan Hani, dia ingin mendiskusikan sesuati tentang business process dari sebuah skema investasi. Sesuatu yang kebetulan saya tulis dan blog ekonom gila dan, viola! tulisan ini memenangi lomba blog di blogdetik. Hahahha. Setidaknya saya belum kehilangan kemampuan menulis saya. Saya ingat, perusahaan Hani sedang menjankan sebuah lini bisnis tentang investasi SMEs dan saya mencoba men-tag dia untuk meminta saran selain karena dia cukup populer di Twitter. I recalled her post on Facebook about syariah investment. Saya pikir dia bisa memberikan masukan yang relevan, ketika saya men-tag dia dalam twiiter, dan gara-gara saya "randomly" nge-tag dia inilah, akhirnya kita bertemu di dunia nyata.

Well, saya baru sadar ternyata mbak Olivia adalah seseorang yang "khawatiran", karena dia enggan menggunakan Go-Jek atau Grab-Car dan lebih suka menggunakan taksi konvensional. Namun, sesuai dengan perkiraan saya, dia adalah wanita yang terlihat ceria dan optimistik. Saya bertanya pada mbak Olivia, "Hal apa yang meleset dalam benak mbak ketika membayangkan saya dari dunia maya, setelah 5 tahun kita berdiskusi melalui internet, dan akhirnya bertemu di dunia nyata?" Dia berkata, "Badanmu tidak sebesar yang kubayangkan, lebih kecil", Wahahahaha. Padahal saya berharap mbak Oliv menjawab, "Well, kamu tidak seganteng yang ada di foto!". Hahahahaha.

Sedangkan Hani, aku tidak sempat bertanya banyak hal ke dia di mana dia ternyata orang yang suka bercerita dan saya menikmati cerita-ceritanya (Oh... she loves read many books. It explains why she could talk about many things. Actually, She's nerd!). Tapi kesimpulan saya adalah dia termasuk dalam 10 besar manusia "teraneh" yang saya temui di muka bumi ini, jauh dari image yang dia bangun di dunia maya. Ha ha ha

***

GRE, ILETS, apply sekolah untuk LoA adalah hal-hal yang mendebarkan hidup saya (saya kadang tidak nyenyak tidur membayangkannya). Setelah pulang dari Balikpapan, saya belum menemukan irama belajar lagi. Entahlah, mengapa... semoga posting dalam blog ini bisa menjadi pengingat dan membuat saya semangat belajar lagi.






Nampaknya ini sudah tidak bisa lagi saya pura-pura tidak bersuara atau menuliskan kegelisahan soal ISIS ini. Kali ini ada lagi, serangan kembali hadir di Negara Turki.

Saya tidak bisa panjang lebar membahas hal ini karena pasti akan sangat panjaaaaang dan lebaaarrr. Saya bukan orang yang sekenanya mengikuti perkembangan perang di Syiria-Irak dan segala bentuk konfrontasi antara pihak-pihak aliansi Eropa, US, Rusia, Kurdi, Syria, FSA, Turki, Irak, Iran, Islamic Front, jabhat al Nusra, dan tentu saja ISIS.

Ini adalah salah satu konflik terkompleks selama yang saya tahu. Untuk menyimpulkan kalimat itu, saya membaca hampir semua pemberitaan tentang perkembangan perang ini, video-video di Youtube tentang ISIS (baik yang pro, kontra, bahkan netral), bahkan saya juga terus mengikuti bacaa-bacaan berbau "hoax" ala-ala blog anonim yang memposting berita-berita pro ISIS. Ini agar menjaga saya untuk keseimbangan persepsi dalam sebuah isu.

Intinya, dengan permusuhan antara negara-negara kawasan timur tengah, hubungan AS dan China yang gak jelas harus mihak siapa. Hadirnya Iran yang punya kepentingan sendiri, permusuhan abadi sunni-syah yang bakal selesai sampai kiamat, ditambahkan eksistensi bangsa Kurdi yang begerak dengan perjuangannya sendiri, maka konflik ISIS ini tidak akan bisa selesai dengan mudah.

Tidak, tidak akan pernah urusan ini "semudah" US meng-invasi Irak pada tahun 2003 silam. Mungkin kesulitan melawan ISIS hampir-hampir sama dengan pertempuran di perang Vietnam pada era 70-an, bahkan lebih. Karena buktinya, jika memang klaim ISIS benar bahwa serangan-serangan di Perancis, US, Turki, bahkan Indonesia adalah ulah mereka, perang ini akan lebih komplek dan berbahaya bagi siapa saja.

Salah satu sumber paling otentik dan langsung ke lapangan adalah kunjungan seorang jurnalis dari German, Jurgen Todenhofer yang selama ini saya pikir argumennya paling logis, berimbang, valid (karena langsung datang ke sana) dan lebih solutif. Namun, Todenhofer, tidak memberikan solusi "Hudabiyah", tapi lebih memberikan solusi bahwa Islam Sunni Moderat lah yang bisa "melunakan" gerakan ISIS ini.


Jurgen Todenhofer, mengatakan bahwa, ISIS jauh lebih kuat dari Al-Qaida dan dia juga tidak bisa menangkap dari mana semangat perjuangan ISIS ini datang. Ini terlalu besar dan terlalu mengherankan. Jurgen, mengatakan "400 pejuang melawan 25.000 tentara Irak dan milisi..mereka sangat kuat".

Apa validasi dari argumen ini? Kunjungan Todenhofer sudah terjadi 2014 dan sekarang sudah tahun 2016, hingga hari ini ISIS masih eksis. Direbutnya Tirkit oleh Pemerintah Irak pada tahun 2015, malah diganti dengan kehilangan Kota Ramadi yang beberapa waktu kemudian dicaplok ISIS. Saat ini, Irak memang sudah kembali merebut Ramadi dan bahkan saat ini ISIS sedang gencar diserang pada wilayah Fallujah oleh Irak dan dari sisi barat kekuasaan ISIS, Syiria mengintensifkan serangan ke Mosul. Namun CNN sendiri akhirnya merilis  ISIS Masih Tidak Terkalahkan di Suriah, Irak dan Libya. Lalu, munculah bom di Turki! Entahlah, apakah ini bentuk serangan balik mereka (ISIS). Tapi yang jelas satu hal, seolah-olah, ISIS selalu punya "kartu" untuk memainkan semua strategi yang dijalankan oleh negara-negara kawasan dan aliansi (yang sejatinya tidak ber-aliansi). Lalu, jika begini terus, hingga kapan perang ini berakhir. Hingga kapan akhirnya, saya haru tergores-gores dalam hati melihat semua konflik ini (aseeekk saya sok Baper!).

Ohya, ini ada video menarik...


Pada sebuah diskusi di grup WA teman-teman saya, saya sampai-sampai berkesimpulan bahwa, ISIS sudah terlalu kuat. Hingga solusi yang cukup anti-mainstream saya munculkan: perjanjian damai dengan ISIS, akui wilayahnya, beri waktu hingga mungkin minimal 10 tahun tanpa tembak-tembakan. Mudahnya, "perjanjian-hudaibiyahkan" ISIS. Berikan mereka dalil bahwa perjanjian damai dalam perang adalah hal yang terdapat dalam sejarah dan sunnah-strategi Nabi.

Tujuan ada dua bagi saya: meluanakkan pola pikir para anggota ISIS dengan pemikiran yang lebih moderat dari pihak-pihak moderat dan menjamin anak-anak di wilayah Syam ini bisa tumbuh besar dengan aman dan sehat. Tentu saja, setidaknya bunyi sejanta bisa diam, anak-anak bisa sekolah, ngaji quran, membahas hadist dan memikirkan soal ilmu pengetahuan yang berguna bagi peradaban manusia. Di sisi lain, non-muslim bisa hidup seperti halnya agama-agam minoritas di negara Mayoritas muslim lainnya seperti Indonesia. Mungin ada satu waktu saya harus menuliskan ini dalam tulisan yang lebih formal dan saintifik.

Perang selalu dimenangkan oleh mereka - pemimpin dan atau jendral-jendral besar - yang lebih dahulu memenangi pikiran dan mindset pengikut dan lawan mereka. Tembak-tembakan hanya masalah teknis dan momentum di lapangan. Melihat segalanya lebih cerah adalah kunci perdamaian hingga dapat mencapai era keadilan dan kesejahteraan yang panjang. Itu semua butuh waktu yang panjang dalam sebuah ketenangan.





Ok, hari ini ada beberapa hal acak yang muncul, sehingga saya menulis pos tentang budaya pop alay.
Sesuatu yang mungkin sekitar 10 tahun lalu muncul dan sekarang berkembang menjadi sebuah label bagi sesuatu yang bersifat rendahan atau bisa jadi tidak beradab atau yah seengkanya dicap berperadaban rendah.

Awalnya, tetiba saja, ketika ingin menikmati Youtube, muncul lagi iklan-iklan dari Ramayana dengan kampanye "Keren Adalah Hak Segala Bangsa" dengan berbagai jenis variasi iklannya. Sesuatu yang pada awalnya menggelitik saya. Lalu saya teringat kampanye-kampanye iklan sejenis macam ini dari beberapa pesaingnya seperti MatahariMall dengan kampanye "Emang Udah Lebaran", tidak ketinggalan SalesStock menggunakan trik yang sama dengan kampanye "Catwalk Nusantara"

Ramayana

 

MatahariMall

 

Sales Stock

 


Apa yang lalu terjadi pada saya setelah merenungi video-video ini? Seketika saya teringat dengan video klip Kangen Band! Hahahahahaha. Ya pioneer dari budaya pop alay yang sempat "mewabah" di Indonesia sekitar 10 tahun silam yang cukup bertahan panjang mewarnai industri musik Indonesia. Tanpa adanya Kangen Band, mungkin kita tidak akan pernah mendengr nama-nama band seperti ST12 atau Wali Band (belum beberapa band yang ketenarannya masih sedikit di bawah mereka seperti Hijau Daun, Low Bow)

Yang berjudul Bintang 14 Hari, yang menceritakan seorang gadis desa/kampung penjaga warung sedang merindukan kekasihanya yang menghilang entah ke mana 14 hari. Sial! coba perhatikan, walau video klip ini bertema alay, tapi konsepnya bisa jadi modern: bagaimana karakter laki-laki modern, yang diteliti oleh ahli-ahli psikologi modern, yang mengatakan bahwa laki-laki yang cenderung mencari tempat yang tenang dan sepi di kala menghadapi sebuah persoalan dan belum akan "keluar gua" sebelum masalah itu dia bisa selesaikan. Mirip banget nampaknya kayak tema video klip kangen band ini...



Hahahahahaha. Ini kamu ada apa sih Ul?

Ok, sebenarnya satu hal yang saya temukan benang merah antara video-video kampanye dari Ramayana, MatahariMall dan SalesStock di atas adalah, bagaimana kampanye iklan yang tentu saja di belakangnya berjejer para tim kreatif dari agencies bonafite, pada akhirnya pun terlihat tidak jauh berbeda dengan konsep "pecintraan" budaya yang dibawakan oleh Kangen Band.

Ya alay, sesuatu yang mungkin bagi sebagian kelompok yang merasakan bagian dari kelompok modern atau classy, akan mencaci atau setidaknya merendahkan selera dari kelompok fans Kangen Band, yang mungkin mayoritasnya adalah kelompok anak muda yang berpendidikan rendah, tidak pernah kuliah di kampus-kampus unggulan, anak dari bukan dari orang yang berada atau sebagainya. Sehingga stigma yang ada adalah alay adalah budaya orang "rendahan".

Sejujurnya, meski saya berkuliah di kampus yang "bagus", di jurusan yang bagus (oke, beneran bagus hahahah), dengan terpapar berbagai konsep-konsep peradaban modern, sedikit bisa menikmati musik jazz, pada akhirnya, saya sendiri juga menyukai salah satu lagu kangen Band yang berjudul "Doy". Hahahahahaha! (wah bisa ketahuan fans kangen band nih!)



Oke, saya suka musik dari lagu ini karena bagi saya banyak instrumen-instrumen dan mixing yang tidak datar-datar saja. Entahlah, bagi seseorang yang mendalami musik secara formal, mungkin akan melihat ini biasa-biasa saja. Tapi bagi saya, ada sesuatu yang unik dari lagu Doy ini, seperti instrumen gitarnya, bass-nya yang cukup enak diikuti, hingga suara sinden yang masuk di salah satu bagian lagu (dan tentu saja si Monyet yang entah kenapa selalu muncul di video-video klip Kangen Band). Yang mana ini bagi saya jauh lebih menarik perhatian ketimbang ketika mendengarkan lagu-lagu dari band seperti Peter Pan, Jikustik, Tiket, atau sebutlah nama-nama band anak muda yang kelihatan lebih "urban" ketimbang Kangen Band.

Nyatanya, gitaris dari Kangen Band ini, Dhody, harus saya akui memiliki skill gitar yang sangat bagus. Saya jadi ingat band Dragon Force kalau lihat dia main gitar. Hmmm, kalau melihat Dhody dalam projek Band Winner yang dibuat bersama Posan, drummer Kotak Band, lagunya keren-keren. Bisa dilihat dari lagunya yang juga unik kayak yang Berjdul Pusing ini. 


Lalu apa poinnya?

Bagi saya, budaya alay terlalu direndahkan sebagai budaya rendahan, karena 1) nyatanya para pelaku dan pengusung genre alay adalah orang-orang yang sangat melek dengan seni dan mengusai teknik berseni; dan 2) pada akhirnya iklan-iklan masa kini pun banyak yang menerapkan nilai yang sama, dengan berwujud pada style "alay" untuk mengusung kampanye-kampanye iklan kekinian.

Ketika berbicara sesuatu produk dalam negeri, seperti alay, seketika itu juga kita akan melihatnya lebih rendah ketimbang budaya pop luar negeri. Padahal, menurut saya, justru alay ini salah satu produk budaya yang ternyata mampu diterima oleh orang asing. Ya, mungkin Kangen Band bisa merambah pasar Malaysia, tapi jangan lupa lagu-lagu Wali Band, yang lagu pernah diadaptasi oleh Fabrio Faniello, seorang artis "entah berantah" dari Malta.


Nah, seenggaknya, lagu Indonesia ber-genre alay ini tertangkap radar oleh orang yang nun jauh di sana (konon, katanya lagu ini juga laris di sana). Ok, masalah taste ini mungkin debatable, bagi seniman musik dengan penerapan disiplin ilmu musiknya yang tinggi, musik-musik macam ini mungkin tetap saja dianggap rendahan.

Tapi setidaknya, logika ini juga bisa digunakan untuk membalik anggapan bahwa arus budaya yang hadir dari bangsa-bangsa di luar Indonesia juga bisa tidak serta merta merupakan budaya-budaya dengan taste atau cita rasa yang lebih tinggi. Sebut saja, korean wave hingga budaya Pop American Idol. Bahkan band Punk Rock, Green Day, terang-terangan mengkritisi budaya pop ini sebagai sebagai bentuk idiocy dari US.



Akhirnya, dari sekian panjang "celotehan" ini saya teringat satu Video dari Crash Course untuk Seri Sejarah Dunia, yang berjudul Rethinking Civilization. Bahwa sebenarnya kita harus benar-benar memikirkan ulang tentang arti "beradab", dalam konteks yang luas, atau bahkan dalam konteks yang spesifik seperti pertarungan genre alay dengan para pecinta musik classy (dan mungkin simply, pecinta musik barat yang merasa alergi dengan musik Indonesia). Video ini menjelaskan bahwa tanda-tanda peradaban yang biasanya ditunjukan dengan hadirnya sebuah "tatanan pemerintahan", bisa jadi bukanlah sesuatu hal yang mutlak beradab. Wilayah-wilayah stateless, bisa jadi adalah bentuk "peradaban" dalam warna yang berbeda atau dalam alam berpikir yang berbeda.



Apakah memang sesuatu yang selama ini kita anggap tidak "beradab" memang benar-benar sesuatu yang lebih rendah, lebih tidak modern, lebih tidak classy? Atau jangan-jangan kita hanya terjebak dalam alam berpikir demikian, yang bisa jadi hanya karena kita sendiri - yang merasa beradab - tidak pernah merasakan bagaimana menjadi masyarakat "berperdaban rendah". Kita sendirilah yang menciptakan gambaran akan adanya kelas atas-kelas bawah, bangsa beradab-bangsa terbelakang. Bisa jadi, mereka yang kita cap sebagai tidak beradab, tidak classy, atau mereka yang alay, sesungguhnya memiliki alam kesadaran dan rasionalitas mereka sendiri atas apa yang mereka pilih untuk menjadi "tidak beradab".

Lebih-lebih, menganggap beradab hanya sekadar dari unsur taste atau bahkan fashion, yang uniknya itu adalah pernik-pernik kehidupan yang hanya berputar-putar seperti sebuah siklus, dan bukannya sesuatu yang bersifat maju (progressif) dan sustain.

Mengejar pencerahan tentang kehidupan dan alam berpikir di dalamnya, dalam wujud apapun: pendidikan, pembinaan, pemberdayaan, sinergi, kolaborasi, atau pun dialektika, bisa jadi menjadi satu-satunya pertanda yang paling terang soal tingkat peradaban manusia.
Hippocrates pernah menulis sebuah kegelisahan.
Life is short, art long, opportunity fleeting, experience treacherous, judgment difficult.
Hal yang sekarang saya rasakan adalah life is short  dan art long. Banyak yang mengartikan bahwa art di sini adalah termasuk ilmu pengetahuan.

Saya sangat menyukai semua jenis ilmu pengetahuan. Mulai dari agama, sejarah, teknologi, film, komputer, fisika, bahkan sedikit musik. Tentu saja yang membuat saya jatuh cinta adalah ilmu ekonomi.

Tapi, saya lalu melihat umur yang sudah saya lewati dan seberapa dalam ilmu dan keterampilan yang saya peroleh. Saya seketika menjadi sedih, bahwa saya tidak akan bisa menguasai semuanya. Maka, munculah sifat "Penjahat" dalam diri saya. Hidup Abadi.

Cerita di film-film dongeng hingga yang kekinian, juga cerita yang ada di novel atau pun hikayat-hikayat nenek moyang sering kali menceritakan tentang seorang penjahat yang dengan segala cara ingin menjadi hidup abadi. Sesuatu yang tidak bisa saya tangkap alasannya mengapa kecuali: takut akan kematian.

Nah, masalahnya, untuk orang seperti saya pun, kematian bukanlah sesuatu yang begitu menakutkan (yah walauh pun sesekali saya juga merinding membayangkan jika jiwa saya akhirnya lepas dari jasadnya, dan konon itu sakit sekali). Untuk mengalahkan ketakutan atas kematian menurut saya solusinya hanya satu: menjadi orang baik dan memiliki prinsip hidup yang benar.

Namun, sekarang baru saya sadari bahwa, menjadi abadi, godaannya bukanlah itu. Bukan takut akan kematian. Sekarang godaan bagi saya adalah, untuk dapat mengetahui banyak hal (bahkan semua hal di dunia ini kalau perlu!). Itu semua membutuhkan waktu yang panjang dan sayangnya umur dan badan kita memiliki keterbatasan untuk menampung jiwa yang ada di dalamnya. Ada waktunya kita harus beranjak pergi.

Malam ini, saya "menangis-nangis" ketika saya tahu banyak kata-kata super aneh yang ada di dalam Buku Latihan GRE yang selama ini tidak saya ketahui. Bukannya pesimis tidak bisa menjadi "master" di dalam subjek ini, tapi ini butuh waktu. Belum lagi masalah basic grammar yang masih "nazi" banget!

Entahlah, memiliki panjang umur juga nampak tidak begitu menyenangkan. Saya tidak membayangkan umur saya bisa menyentuh angka 80 ke atas. Karena pasti badan sudah sakit-sakit, stamina tidak fit, otak juga tidak handal. Buat apa di dunia kalau semua itu sudah tidak ada gunanya?

Entalah, ini kegilasahan yang aneh, ingin hidup abadi, karena ingin mengetahui banyak hal, tapi tidak juga ingin panjang umur karena takut badan yang rintih dan tua. Saya jadi teringat sebuah lagu,  Time in Bottle, yang saya tahu dari menonton salah satu scene flm X-Men. Yah, seandainya waktu bisa saya lakuan seperti si Quicksilver, mungkin akan banyak waktu yang bisa kuhabiskan untuk ilmu pengetahuan, masyarakat dan ...cinta. Fuuh.

Hari ini, di tengah bulan Ramadhan, saya menonton channel youtube kesukaan saya, Crash Course, untuk topik Filsafat. Lalu, video terakhir mendiskusikan soal kematian.


Entahlah, jika memikirkan tentang kematian, sebenarnya hal yang lebih saya takuti adalah kematian oang lain yang kita cintai dan sayangi. Kalau dalam video ini, Aristotle mengatakan bahwa bisa jadi kematian adalah hal yang cool, karena bisa jadi, setelah kematian ada sebuah dunia di mana kita hidup tanpa fisik, terbebas dari batas-batasan material badan (harus makan, tidur, poop) dan lebih asyik lagi setelah mati kita kemungkinan bisa bertemu dengan orang-orang dari masa lalu dan berdiskusi tentang banyak hal dengan orang itu. Tapi, jika ada orang lain yang lebih duluan mati, (artinya dia lebih duluan merasakan hal-hal keren ketimbang kita), itu juga artinya kita ditinggal dalam kesendirian dan perasaan terluka. 

Hal-hal yang sudah biasa kita lakukan bersama, mungkin seketika akan hilang begitu saja. Tidak heran, banyak orang yang dimabuk cinta, lebih baik ikut mati saja ketimbang harus ditinggal kekasihnya. 

Terkadang, kematian juga artinya adalah sebuah kehilangan. Nah, jika kekasih yang diinginkan ternyata pergi atau selingkuh, perasaan ingin mati (atau enggan untuk hidup) juga biasanya muncul. Jangankan manusia, barang kesayangan kita yang hilang saja kita bisa sedih, apalagi sesuatu yang berharga dalam hidup ini. Artinya, tidak perlu menjadi mati untuk dapat membuat seseorang tersakiti sepertinya layaknya ditinggal karena sebuah kematian.

Mungkin benar, terkadang lebih baik kita dahulu yang meninggalkan orang-oran di dunia. Jika di dalam video yotube itu memberikan pertanyaan kepada penonton, "Apa yang paling kamu takuti di dunia ini?", maka, bisa jadi jawabannya bukanlah kematian itu sendiri. Bagi saya, hidup menjadi orang yang sangat tua, lalu melihat banyak kematian dalam hidup ini, adalah ketakutan yang lebih besar, ketimbang kematian itu sendiri (ya walaupun ini memang terlihat menjadi egois).




Wow, ini adalah hari pertama Ramadhan,

Posting terakhir adalah ketika bulan September tahun lalu, dan sekarang sudah Bulan Juni tahun depannya. Meleng..  tahu-tahu sudah bulan Juni.


Baik jika saya merekap apa yang sedang terjadi pada hampir 8 bulan terakhir ini, semuanya berujung pada satu tema: LPDP! ya sekarang saya sudah menerima beasiswa ini. Jika dirangkum dari September inilah kejadiannya:

September ketika akhirnya saya sekali lagi mengikuti test IELTS, akhirnya saya mendapatkan nilai minimal untuk dapat apply beasiswa luar negeri LPDP

Oktober memasukan dokumen-dokumen LPDP, masih ingat saya melakukan ini semua di sebuah warnet dekat kos, karena saat itu sedang tidak ada laptop

November pengumuman bahwa saya lulus tahap pertama dan menuju tes substansi yang saat itu dilakukan di UNJ.

Desember pengumunan saya diterima, sebagai penerima beasiswa LPDP

Selama fase September-Desember ini adalag fase-fase terakhir saya bekerja di kantor, banyak hal detail yang sangat sulit untuk bisa diceritakan pada fase ini. Perjalanan ke Palu untuk Salitomini, hingga ke Bali untuk menemani orang-orang Korea. Desember 31 2015, hari terakhir bekerja.

Memasuki Tahun 2016

Januari  langsung disibukan dengan kegiatan Pra-PK, jadi wakil ketua PK-60 LPDP

Februari masih sibuk dengan hal yang sama...tambah pusing karena banyak hal yang harus "diluruskan"

Maret masih sibuk dengan hal yang sama, lebih gila... dan akhirnya PK angkatan satya diselenggarakan tanggal 13-19 Maret 2016! dengan penuh berdarah, drama walaupun berkesan..

April ini adalah fase bingung, karena saya setelah bekerja saya langsung disibukan dengan kegiatan Pra-PK LPDP, tapi sekarang sudah tidak banyak kegiatan lagi, akhirnya saya mencari kesibukan dengan kembali menghdupkan beberapa kegiatan lama: wiratama institute dan Ekonom Gila!

Mei akhirnya blog baru ekonom gila hadir (http://ekonomgila.web.id/) dan mengalami pembaharuan, mei sudah mulai intens untuk belajar GRE.. (fuuuh)

Juni... tepatnya tanggal 4 Juni 2016 Akhirnya wiratama institute resmi memili badan hukum sebagai sebuah yayasan. Mudahan bukan hanya sekedar buat-buat saja.


Entahlah, sudah banyak yang dilalui dalam hampir 9 bulan ini. Mungkin bagi Ibu yang baru hamil, mereka baru saja memiliki anak yang atinya sebuah kehidupan yang baru. Saya tidak tahu mengapa selalu merasa waktu berlalu begitu cepat. Saat sudah tidak bekerja lagi pun, tetap saja waktu tidak mampu saya perlambat.

Ada beberapa hal yang rasanya saya ingin semua kembali ke awal tahun dan saya melakukan beberapa perubahan-perubahan soal keputusan hidup. Mungin saya harus lebih bijak dalam berinvestasi dengan waktu.

Bagaimana dengan kehidupan romansa saya? (seperti biasa dalam postings saya yang lain-lain)

Mungkin bagi saya ini adalah tahun "terburuk" dalam romansa percintaan. Hahahahahaha, jika saya "cinta"itu bisa rasional kepada portofolio mana kita memilih, maka mungkin tidak perlu ada derita cinta ala Pat Kay yang kualami seperti ini. Terkadang rasa cinta ini "terinvestasikan" kepada seseorang yang tidak pernah kita duga-duga,  tidak jelas bentuk yield-nya seperti apa, tidak tahu kapan BEP dan return-nya, dan tiba-tiba saja kita meletakan rasa kita kepada orang itu tanpa sengaja. Ya, mungkin, aku jatuh hati kepada seseorang yang tidak pernah aku sangka-sangka. Entahlah. Namun pada akhirnya, saya harus menanggung semua beban dan risiko dari nelangsa untuk beberapa waktu ke depan.

Blog ini dibuat tepat 1 Ramadhan, har pertama di Bulan Puasa 2016. Semoga menjadi awal yang baru bagi saya.










Akhirnya Cuti...

Ya, akhirnya saya cuti untuk dua hal 1) tes sertifikat bahasa inggirs (lagi, :P) dan 2) ada hari kejepit di jumat, maka cuti ini bisa optimal.

Belajar apa yang harus dipelajari, akhirnya berujung pada kebosanan. Entah apa, ada yang kurang dan tidak semangat. Lemah sekali saya, mental yang bobrok dan tidak disiplin. Menyia-nyiakan waktu cuti untuk hal yang seharusnya tidak dilakukan. Harusnya belajar dan terus berlatih soal-soal dengan memperbanyak pengetahuan kata-kata. Tapi Bagaimana lagi?

Mungkin aku sedang Rindu...

Rindu akan sebuah keadaan yang penuh dengan api persahabatan, getaran-getaran cinta (aseekk), dan dunia pencerahan. Rindu akan sebuah tempat, atau mungkin, rindu pada sebuah mahluk (ciptaan Tuhan), atau bahkan rindu ingin pulang ke tempat asal ku berada, bukan di dunia ini, tapi di sana, di alam keabadian.

Sayangnya, bukan rindu kalau tanpa sebuah halangan. Tanpa sebuah ujian. Tanpa banyaknya kewajiban. Kalau pun "rindu" mudah dihampiri, maka ia bukanlah bernama "rindu". Rindu ada karena halangan di mana jarak dan waktu adalah bahan untuk mencuatkan Rindu itu sendiri. Namun, rindu pastilah soal keinginan untuk dekat pada Cinta dan Kesenangan. Karena cinta dan kesenangan adalah rumahnya siapa saja. Rumah adalah sebuah tempat yang memberikan getaran cinta itu, fenomena kesenangan dan kebahagiaan. Lalu, jika ingin semua itu abadi, maka ia hanya ada di dalam keabadian. Dunia hanya sepercik saja.

Alam keabadian pun tidak semudah itu aku hampiri. Entah, terkadang pun kita lupa akan kerinduan itu. Terpalingkan oleh kesenangan dan 'cinta-cinta' yang ternyata semu. Sebuah obat penawar agar sakitnya Rindu tidak terlalu terasa adalah dengan menciptakan 'cinta' dan 'kesenangan' semu itu sendiri. Mungkin saja bisa sampai lupa atau hati sudah kebal akan perasaan Rindu yang sejatinya.

Satu-satunya perlakukan atas Rindu adalah: Dengan merasakan perihnya, sakitnya, tergoresnya rasa karena Rindu itu sediri. Ya, Rindu adalah sebuah nelangsa, jika tidak, bukan Rindu namanya. Namun seperti kesenangan atas terangya Fajar ketika terbit di ufuk Timur, kita harus melalui malam yang gelap.