Mudik-Lebaran-Syawalan
Sekarang adalah satu minggu setelah masuk kantor pasca lebaran. Minggu pertama saya dua kali tidak masuk ke kantor karena sakit. Ternyata ini konsisten dengan ucapan dosen pembimbing skripsi saya yang ketemuan Sabtu kemarin, "Li! Kamu tambah kurus!".
Hah, apa?!
----
Mudik kali ini saya mencoba-coba pesawat Batik, adiknya Lion yang katanya lebih nyaman dan duduknya lebih longgar. Harga tidak terlalu selisih banyak. Pesawat rada kosong dan dua kali saya memakai pesawat ini, kelonggaran antar tempat duduk sia-sia saja. Pertama, waktu ke Balikapan saya duduk persis di belakang business class...ya jadi memang sudah sewajarnya ruang untuk kaki saya lebih luas. Waktu pulang ke Jakarta, saya duduk di depan emergency exit, lagi-lagi kaki saya memang sudah seharunya mendapatkan ruang yang lebih besar. Jadi maksudnya pengen merasakan beda "ruang kaki" di Batik yang katanya lebih lega, eh.. ini malah dapat tempat duduk yang secara deafult memang sudah luas. Jadi, tidak ada "perannya" menggunakan Batik. Anyway, Batik tidak bisa check-in online!
---
Lebaran hari ke-1 dan ke 2, sakit, akhirnya hanya bisa di rumah sendiri. Sebenarnya senang juga sih. Karena memang yang saya inginkan kalau mudik adalah di rumah. Ya! Di rumah dan bukan jalan-jalan. Aneh? Memang...tapi mungkin karena saya memang dari dulu lebih suka di rumah. :D
---
Balik ke Jakarta, persis ketika saya masih di Bandara menunggu Damri, mendapatkan kabar bahwa salah satu kawan meninggal dunia. Saya sangat terpukul dan sedih sekali. Tahun lalu Paman saya, sekarang salah satu sahabat saya. Persis sekali kejadiannya.
---
Masuk ke kantor, kerjaan dari Pak Kim yang orang Korea itu sudah menanti: Analisis SWOT. Belum lagi draft buku KEK dari Pak Boss. Akhrinya saya sakit lagi hari Rabu dan Jum'at.
---
Sabtu sangat senang karena bisa ketemuan dengan keluarga besar JW3. Mereka membawa istri-istri dan anak-anaknya. Lucu-Lucu. Hahahahah. Judulnya Syawalan. Bicaraain soal bagaiman tahun-tahun awal hidup berumah tangga, raasnya pengantin baru, rasanya jadi bujangan, bahas menikah kapan dan sudah sampai mana prosesnya, sampai mengapa pernikahan sang bujang gagal...Hahahaha..
---
Malamnya, bertemu dengan teman-teman "satu geng Bu Denni". Entahlah, saya juga tidak tahu ini geng apa. Yang jelas semacam Bu Denni itu punya pengikut mahasiswanya yang setia, mulai dari asisten hingga mahasiswa bimbingan biasanya masih sering komunikasi (walau biasanya ya asisten biasanya jadi mahasiswa bimbingannya). Ngobrolin dari hal remeh temeh soal Jagung dan Kacang, beasiswa LPDP, hingga persoalan-persoalan Bangsa...
----
Tapi ada satu hikmah yang saya dapatkan: Saya tambah kurus dan sering sakit. Entahlah, mungkin saatnya saya harus meninggalkan negara ini yang penuh dengan kekacaubalauan...
Tagged:
0 komentar:
Posting Komentar