Tepat ketika saya akan pergi ke Bali untuk sebuah acara, pagi harinya saya menyempatkan ke daerah Benhill untuk mengambil cetakan kartu nama saya dan rekan-rekan saya (berguna untuk membuka jaringan bagi mereka karena akan bertemu banyak orang dari berbagai daerah). Sepulangnya dari Benhil ke Kantor yang berada di dekat Monas dengan Trans Jakarta, saya melihat pemandangan yang cukup langka: Demo oleh para dokter. Waktu itu sekitar pukul 08.30. Bundaran HI belum penuh diputari oleh para pendemo.
Sejenak saya mengenang masa-masa aktif di BEM dan demonstrasi mahasiswa di era pasca reformasi + 1 dekade tersebut. Demonstrasi tidak begitu besar, tidak ada yang wah kecuali sekali saja. Tapi yang jelas, jarang ada mahasiswa kedokteran yang ikut hadir (loh kok tahu-tahu ngomngin mahasiswa kedoktern yang gak suka demo? hehehe). Walau jelas ada beberapa mahasiswa kedokteran yang juga aktifis, bahkan ada yang baru-baru ini jadi Ketua-nya. Tapi mereka adalah orang "out-layer", umumnya mahasiswa kedokteran enggan untuk berdemo. Saya tidak mengatakan apatis, karena banyaknya demo bukan fungsi dari level keapatisan.
Saya enggan untuk selalu berdemo. Saya memilih demo mana yang saya mampu lakukan dengan berbasiskan: bisahkah saya konsisten dengan apa yang saya teriakan ini? Karena ketika saya berdemo, itu semacam janji dan sumpah setia saya dengan integritas diri saya sendiri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kembali ke masalah dokter berdemo karena masalah rekan mereka yang dikriminalisasi, ini dia bedanya dengan berdemo ketika masih mahasiswa. Jika saat mahasiswa kita bisa berdemo ria dengan lantang dan riang gembira, itu karena kita masih mahasiswa yang sedikit dosa atas integritas profesi. Kita masih idealis. Kita tidak banyak tergoda oleh korupsi, tidak banyak masuk dalam kongkalikong penguasa, pengusaha dan ilmuwan-ahli palsu yang memegang otorisasi judgment atas sebuah kelimuan. Mahasiwa berteriak tanpa beban.
Saya hanya berpikir ketika mereka, para dokter yang berdemo, meneriakan solidaritas dan menuntut integritas dari para hakim, maka tidakah mereka berat mereka meneriakan itu retorika-retorika itu? Maksudnya, bersihkah dia menjalankan profesi seorang dokter. Apakah mereka tidak terbeban atas dosa-dosa profesi mereka. Tidak perlu bedebat soal fakta profesi dokter dan keserakahan dari profesi ini. Ya! tetap ada dokter yang baik dan berintegritas, tapi mari kita gunakan data dan presentasinya.
Dokter
Tagged:
0 komentar:
Posting Komentar